Rabu, 18 November 2015

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN GIANT SEA WALL DI TANGGUL JAKARTA

Wacana pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta dan reklamasi dalam bentuk pulau-pulau muncul pada era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dengan usulan datang dari konsultan Belanda. Awalnya disebut Sea Dike Plan Tahap III dan akan dibangun pada 2020-2030.
Proyek itu lalu dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI untuk 2010-2030. Disebutkan, untuk mengatasi pasang naik air laut yang semakin tinggi karena pemanasan global, akan dibangun pulau-pulau dengan cara reklamasi. Pulau itu akan dilengkapi tanggul laut raksasa.
Belakangan, proyek yang kini disebut ”Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Negara” juga dimaksudkan untuk menyediakan sumber air bersih. Asumsinya, tanggul akan terisi air tawar dari 13 sungai yang bermuara di dalamnya. Dengan penyediaan air baku, diharapkan penyedotan air tanah pemicu penurunan daratan hingga 10 cm per tahun dapat dihentikan.
Dengan alasan itu pula, pada Juni 2013, pemerintah pusat bersama Pemprov DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten bersepakat mempercepat proyek itu. ”Untuk giant sea wall, dari jadwal awalnya tahun 2020, akan ground breaking pada 2014,” kata mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta, seperti dikutip Kompas, Kamis (7/3/2013).
Percepatan dilakukan karena mendesaknya kebutuhan fasilitas itu, yaitu dipicu penurunan permukaan tanah di pesisir DKI yang akan mencapai 4 meter pada 2020.
Namun, menurut Muslim Muin, ahli oseanografi yang juga mantan Kepala Program Studi Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB), percepatan itu lebih karena besarnya minat swasta. Tak hanya menjadi infrastruktur pengendali banjir, proyek itu memang disiapkan menghasilkan lahan reklamasi hingga 4.000 hektar.
Gubernur DKI Joko Widodo, yang juga presiden terpilih, mengakui besarnya minat pihak swasta. ”Tanggul laut memang menarik secara bisnis dan komersial sehingga banyak yang mau terlibat. Tidak hanya satu dua pihak, tetapi banyak,” kata Jokowi (Kompas, 7/3/2013).
Kamis (9/10/2014), pemancangan tiang pertama itu akhirnya dilakukan, menandai pembangunan tanggul laut sepanjang 32 kilometer atau Tahap I dari tiga lapis tanggul. Dari panjang itu, pemerintah pusat dan Pemprov DKI hanya akan menanggung pembiayaan 8 kilometer dengan dana Rp 3,5 triliun. Sisanya, 24 km dibiayai swasta pemegang konsesi lahan reklamasi.
Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia Bernardus Djonoputro mengkritik model pembangunan itu. ”Menggantungkan pembangunan infrastruktur dasar kepada swasta merupakan cara berpikir keliru. Logikanya, swasta mau masuk pasti kalau menguntungkan bisnis mereka,” tuturnya.
Dengan cara pikir swasta, tidak mengherankan jika proyek cenderung meminggirkan kepentingan masyarakat, utamanya nelayan di pesisir. ”Itu berpotensi memicu kesenjangan luar biasa besar antara penduduk asli Jakarta dan pelaku ekonomi baru yang akan muncul di pulau-pulau reklamasi ini. Apakah itu sudah dikaji dampaknya?” kata Djonoputro.
Berdasarkan data dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), sedikitnya 16.855 nelayan akan tergusur..
Setiap pembangunan kota perlu diukur manfaat dan dampaknya bagi warga, demikian pula rencana pembangunan tanggul laut raksasa di Teluk Jakarta. Siapa akan menangguk untung dan siapa kelak yang menanggung dampak buruknya harus terjelaskan kepada publik karena kota dibangun untuk warga, bukan untuk segelintir elite, seperti politisi atau pebisnis.
Menurut Muslim Muin, ahli oseanografi yang juga mantan Kepala Program Studi Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB), tanggul laut raksasa bukan jawaban masalah Jakarta. Sebaliknya, tanggul ini berpotensi membawa banyak masalah baru.
Jika alasannya mengatasi banjir rob, kata Muslim, yang dibutuhkan adalah tanggul pesisir. ”Saya setuju daratan Jakarta mengalami penurunan signifikan. Karena itu, perlu ditanggul bagian pesisir yang menurun itu, selain juga perlu menanggul sungai-sungainya,” ungkapnya.
Pembuatan tanggul laut, kata Muslim, dilakukan lebih untuk melindungi 17 pulau reklamasi. Itulah mengapa pihak swasta yang mendapat konsesi lahan reklamasi bersemangat.
Alasan menyediakan air bersih lebih tak masuk akal. ”Debit air yang masuk Teluk Jakarta dari 13 sungai rata-rata 300 meter kubik per detik. Kebutuhan air Jakarta hanya 30 meter kubik per detik. Artinya, ada 270 meter kubik harus dipompa keluar, itu energi memompanya pakai apa?” katanya. ”Kalau mau ambil air untuk bahan baku air bersih, lebih masuk akal dari sungai di bagian hulu.”
Total biaya untuk memompa air dari tanggul dan meningkatkan kualitas air dalam tanggul, menurut hitungan Muslim, 600 juta dollar AS per tahun. ”Kalau alasannya kenaikan muka air laut, Singapura dan Malaysia juga terancam. Apakah mereka membuat tanggul laut? Tidak, karena kenaikan muka air laut tidak signifikan.”
Wacana lama
Wacana pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta dan reklamasi dalam bentuk pulau-pulau muncul pada era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dengan usulan datang dari konsultan Belanda. Awalnya disebut Sea Dike Plan Tahap III dan akan dibangun pada 2020-2030.
Proyek itu lalu dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI untuk 2010-2030. Disebutkan, untuk mengatasi pasang naik air laut yang semakin tinggi karena pemanasan global, akan dibangun pulau-pulau dengan cara reklamasi. Pulau itu akan dilengkapi tanggul laut raksasa.
Belakangan, proyek yang kini disebut ”Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Negara” juga dimaksudkan untuk menyediakan sumber air bersih. Asumsinya, tanggul akan terisi air tawar dari 13 sungai yang bermuara di dalamnya. Dengan penyediaan air baku, diharapkan penyedotan air tanah pemicu penurunan daratan hingga 10 cm per tahun dapat dihentikan.
Dengan alasan itu pula, pada Juni 2013, pemerintah pusat bersama Pemprov DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten bersepakat mempercepat proyek itu. ”Untuk giant sea wall, dari jadwal awalnya tahun 2020, akan groundbreaking pada 2014,” kata mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta, seperti dikutip Kompas, Kamis (7/3/2013).
Gubernur DKI Joko Widodo, yang juga presiden terpilih, mengakui besarnya minat pihak swasta. ”Tanggul laut memang menarik secara bisnis dan komersial sehingga banyak yang mau terlibat. Tidak hanya satu dua pihak, tetapi banyak,” kata Jokowi (Kompas, 7/3/2013).
Kamis (9/10/2014), pemancangan tiang pertama itu akhirnya dilakukan, menandai pembangunan tanggul laut sepanjang 32 kilometer atau Tahap I dari tiga lapis tanggul. Dari panjang itu, pemerintah pusat dan Pemprov DKI hanya akan menanggung pembiayaan 8 kilometer dengan dana Rp 3,5 triliun. Sisanya, 24 km dibiayai swasta pemegang konsesi lahan reklamasi.
Sejak awal, proyek giant sea wall Jakarta seperti hendak meniru tanggul laut Belanda, negeri yang sebagian besar daratannya di bawah permukaan laut. Tanggul laut raksasa di Belanda dibangun setelah negeri itu dilanda badai laut berketinggian air 30 meter pada 1953.
Air yang hampir beku menerjang kota, menewaskan 1.835 orang, memaksa 110.000 warga mengungsi. Tiga belas tanggul raksasa dibangun bertahap selama 39 tahun sejak saat itu. ”Indonesia tidak memiliki badai laut,” kata Muslim Muin, ahli oseanografi yang juga mantan Kepala Program Studi Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Belakangan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melirik tanggul laut raksasa Samangeum, Korea Selatan. Namun, tanggul laut terpanjang di dunia itu bukan tanpa masalah. Setelah terhenti dua tahun karena protes keras masyarakatnya, tanggul laut 33,9 km itu selesai dibangun pada 2006.
Riset Hye Kyung Lee dari Seoul National University (2013), kualitas air yang digelontorkan dari dua sungai ke dalam tanggul ternyata tercemar industri pertanian dan peternakan di hulu. Akibatnya, ide sebagai sumber air bersih tak terwujud.
Bagaimana dengan Teluk Jakarta, muara 13 sungai yang tercemar? Riset Badan Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPDP BPPT) menyebut, pembangunan tanggul laut akan menaikkan muka air di dalam tanggul hingga 0,5-1 meter setelah 14 hari simulasi. Arus air di dalam tanggul juga mengecil sehingga kualitas air dalam tanggul memburuk secara progresif.
Peneliti BPDP BPPT, Widjo Kongko, menyebut, penurunan kualitas air itu ditandai dengan perubahan signifikan parameter lingkungan, seperti kenaikan biological oxygen demand (BOD) lebih dari 100 persen, penurunan dissolved oxygen (DO) lebih dari 20 persen, dan penurunan salinitas air lebih dari 3 persen.
Widodo Pranowo, peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan, proyek itu akan berdampak ekologis, bukan hanya terhadap pesisir Jakarta dan Kepulauan Seribu, melainkan juga hingga Banten. ”Tanggul ini bisa menjadi comberan raksasa,” katanya.
Selain itu, tanggul akan menyebabkan perubahan arus laut dan akan menggerus beberapa pulau di Pulau Seribu, salah satunya Pulau Onrust. Adapun dampak di pesisir Serang, Banten, seperti dikemukakan Kepala Kelompok Peneliti Kerentanan Pesisir KKP Semeidi Husrin, berpotensi merusak pesisir Banten karena pasir reklamasi Teluk Jakarta dari Banten.
Jadi, seharusnya yang dipikirkan dulu adalah menata air di hulu, bukan bendung di hilir. Tanggul laut Jakarta untuk siapa?
Untuk siapa?
Setiap pembangunan kota perlu diukur manfaat dan dampaknya bagi warga, demikian pula rencana pembangunan tanggul laut raksasa di Teluk Jakarta. Siapa akan menangguk untung dan siapa kelak yang menanggung dampak buruknya harus terjelaskan kepada publik karena kota dibangun untuk warga, bukan segelintir elite, seperti politisi atau pebisnis.
Wacana pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta dan reklamasi dalam bentuk pulau-pulau muncul pada era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dengan usulan datang dari konsultan Belanda. Awalnya disebut Sea Dike Plan Tahap III dan akan dibangun pada 2020-2030.
Proyek itu lalu dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI untuk 2010-2030. Disebutkan, untuk mengatasi pasang naik air laut yang semakin tinggi karena pemanasan global, akan dibangun pulau-pulau dengan cara reklamasi. Pulau itu akan dilengkapi tanggul laut raksasa.
Belakangan, proyek yang kini disebut ”Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Negara” juga dimaksudkan untuk menyediakan sumber air bersih. Asumsinya, tanggul akan terisi air tawar dari 13 sungai yang bermuara di dalamnya. Dengan penyediaan air baku, diharapkan penyedotan air tanah pemicu penurunan daratan hingga 10 cm per tahun dapat dihentikan.
Dengan alasan itu pula, pada Juni 2013, pemerintah pusat bersama Pemprov DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten bersepakat mempercepat proyek itu. ”Untuk giant sea wall, dari jadwal awalnya tahun 2020, akan groundbreaking pada 2014,” kata mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta, seperti dikutip Kompas, Kamis (7/3/2013).
Kamis (9/10/2014), pemancangan tiang pertama itu akhirnya dilakukan, menandai pembangunan tanggul laut sepanjang 32 kilometer atau Tahap I dari tiga lapis tanggul. Dari panjang itu, pemerintah pusat dan Pemprov DKI hanya akan menanggung pembiayaan 8 kilometer dengan dana Rp 3,5 triliun. Sisanya, 24 km dibiayai swasta pemegang konsesi lahan reklamasi.
Ahmad Arif.
Sumber : Koran Kompas.
Tanggapan :
Pembangunan Giant Sea Wall ini justru akan memperparah banjir karena akan memperpanjang aliran air sungai dan akan mengakibatkan laju desimentasi meningkat dikarenakan laju aliran air yang menurun, hal ini juga menimbulkan masalah karena perlu adanya upaya pengerukan sungai yang tidak sedikit biayanya.
Dampak lain adalah penutupan dua pelabujan perikanan Nusantara. ribuan nelayan harus dipindahkan. Pembangkit listrik muara karang juga harus ditutup karena aliran air pindingin tidak lagi tersedia. kalaupun dipertahankan, biaya operasinya sangat besar karena memerlukan pompa yang berjalan terus.
Tanggul laut raksasa yang direncanakan dalam sistem tertutu[p membuat air tidak mengalir. Karena itu, kualitas lingkungan laut jakarta akan rusak.

   

Rabu, 11 November 2015

DASAR ARSITEKTUR EKOLOGI

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Ekologi itu sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haeckel, ahli ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi antara segala jenis mahluk hidup dan lingkungannya. Sedangkan menurut arti kata dalam bahasa yunani ekologi berarti ilmu tentang rumah atau tempat tinggal mahluk hidup.

Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dasar-dasar sebuah ekosistem adalah komunitas dan kawasan alam. Ekosistem terdiri dari unsur hayati dan non hayati, terdiri dari hubungan-hubungan timbal balik di dalam dan diantara organisme dengan lingkungan abiotik. Masing-masing mempengaruhi sifat-sifat lainnya dan keduanya perlu untuk memelihara kehidupan sehingga terjadi keseimbangan, keselarasan, dan keserasian alam di bumi ini. Ekosistem terdiri dari 4 komponen dasar yaitu; lingkungan abiotik, organisme produsen, organisme konsumen dsan organisme perombak. Perbedaan ekosistem yang satu dengan yang lain dapat dilihat dari jumlah jenis organisme produsen, jumlah organisme konsumen, jumlah keanekaragaman mikroorganisme, jumlah dan macam komponen abiotik, kompleksitas interaksi antarkomponen, berbagai proses yang berjalan dalam ekosistem. Pada ekosistem alam yang lengkap tidak dibutuhkan pemeliharaan atau subsidi energi karena dapat memelihara dan memenuhi sendiri, dan selalu berada dalam keseimbangan. Keanekaragaman ekosistem dapat terbentuk secara alami dari masa ke masa sehingga menciptakan keanekaragaman. Keanekaragaman ekosistem dapat menunjukan evolusi.
Komunitas adalah bagian terbesar ekosistem yang terdiri dari kumpulan tumbuhan dan binatang yang bersama membentuk masyarakat . suatu komunitas terdiri dari banyak jenis dengan berbagai macam kegoncangan (fluktuasi)populasi yang saling mempengaruhi.organisme dalam suatu komunitas saling berhubungan karena melalui proses-proses kehidupan yang saling berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Suksesi dan klimaks adalah perubahan-perubahan atau pergantian-pergantian tanpa ataupun dengan campur tangan manusia. Suksesi sekunder hampir sama dengan suksesi primer, perbedaannya adalah pada keadaan kerusakan ekosistem atau kondisi awal habitatnya. Ekosistem tersebut mengalami gangguan tapi tidak total, masih ada komunitas yang tersisa.

 Ceruk ekologis berarti lekuk atau jeluk di alam yang dimanfaatkan oleh tanaman atau makhluk hidup tertentu sehingga aman tanpa gangguan.  Batas toleransi pada masing-masing makhluk hidup sangat berbeda-beda, maka kepekaan terhadap pengaruh lingkungan berbeda pula. Ada makhluk hidup yang bersifat generalis (yang dapat hidup hampir dimana saja) dan ada yang bersifat spesialis (yang menuntut curug ekologis).

Aliran dalam ekosistem
Organisme-organisme dan kemampuannya tergantung pada aliran energi dan zat-zat yang dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk memproduksi materi organik. Energi surya dibutuhkan untuk menjalankan peredaran materi tersebut karena elemen-elemen vital dan alat bantu yang dapat digunakan oleh organisme-organisme pada ekosistem alam tidak tersebar merata. Aliran ini disebut daur, siklus, atau peredaran. Namun istilah yang sekarang sering digunakan adalah peredaran karena paham yang cukup jelas dan tepat bila dibandingkan dengan istilah yang lain. Peredaran bahan alam, dengan memperhatikan hubungan pangan pada suatu jenis binatang terlihat bahwa disatu sisi merupakan bahan makanan dan disisi lain adalah musuh. Namun yang terjadi sebenarnya adalah peredaran. Tidak semua tumbuhan atau binatang akan dimakan oleh musuhnya, tetapi banyak juga yang mati karena sebab yang lain. Bahan ini akan dimakan oleh organisme perombak yang akan menyediakan mineral yang dibutuhkan tumbuhan sebagai pupuk. Di waktu yang sama tumbuhan membutuhkan kerbondioksida dari udara dan menyediakan oksigen bagi binatang dan manusia.
Hipotesis Gaia
“Kehidupan bukan menciptakan lingkungan menurut kebutuhannya. Kehidupan bukan merupakan faktor penentu melainkan sistem keseluruhan termasuk kehidupan dan  lingkungan material.”
Hipotesis Gaia memberi pandangan baru tentang planet bumi kita, meningkatkan pengertian tentang kebodohan yang memusnahkan ribuan jenis mahkluk hidup di bumi, yang akan menghancurkan dasar kehidupan kita.
Pembangunan dan Kerusakan Alam
Tugas dan Kualitas Arsitek
  • Kepentingan landasan bersama antara pencipta dan pengguna adalah tuntutan utama pada arsitektur ekologis.
  • Merealisasikan cita – cita tentang si pengguna.
  •  Mengedepankan alam dan lingkungan dalam proses merancang serta tidak melupakan fungsi utama serta citra dari si pengguna.

Jejak Ekologis
Alam mempunyai pola tersendiri untuk menjaga keseimbangannya begitu juga manusia, namun umumnya manusia hanya meninggalkan jejak yang merusak pada alam, bangunan yang baik adalah bangunan yang tidak mengakibatkan efek negatif akibat dari pembangunan dan penggunaannya.
Membangun untuk Menghuni
Dalam membangun hal kenyaman menjadi salah satu acuan penting, arsitektur ekologis tidak hanya mengedepankan ketepatan dalam pemilihan bahan bangunan, menyusun rangka, respon tiap aspek terhadap lingkungan saja, namun juga memperhatikan kenyamanan si pengguna dari mulai merencakan bentuk bangunan hingga menyusun ruang dalam bangunan demi mencapai kenyamanan si pengguna itu sendiri.
Kesimpulan
            Semakin lama manusi membangun bangunan tanpa memikirkan lingkungan sekitar. Seharusnya tidak seperti itu, karena manusia tidak dapat jauh dari alam dan manusia harus hidup berdampingan dengan alam.

            Seorang Arsitek harus memikirkan harus dapat menciptakan ruang/bangunan yang dapat menyatu dengan lingkungan dan tidak merusak lingkungan sekitar sehingga dapat menjamin ruang hidup yang berkualitas. Pengertian dan penerapan arsitektur ekologi dapat membantu pencapaian tujuan tersebut yang tinggi sekali sehingga arsitek masa depan penuh rasa tanggung jawab terhadap sesama manusia dan terhadap alam sekitarnya.”

Rabu, 04 November 2015

#3 RANGKUMAN BUKU ARSITEKTUR & LINGKUNGAN

ARSITEKTUR BIOLOGIS
Arsitektur biologis adalah suatu ilmu penghubung antara manusia dan lingkungannya secara keseluruhan. kata biologis itu sendiri berasal dari kata bios yang berarti kehidupan / alam tumbuh-tumbuhan dan logos yang berarti dunia teratur, dunia berakal.
Rumah tempat tinggal bisa dianggap sebagai suatu susunan organis yg berfungsi sebagai kulit manusia. Arsitektur biologis memperlihatkan hubungan erat antara manusia dan lingkungan atau alam sekitar.
·        LINGKUNGAN MANUSIA
Setiap pembaruan merupakan suatu pembaruan atau perubahan lingkungan yang berarti perhatian atas arsitekturenya dan atas kualitas kehidupan manusia. Kualitas masa lalu hingga sekarang cenderung terus menurun. Kehidupan manusia yang seimbang dengan alam akan membutuhkan pengertian baru bagi istilah-istilah yang ada, seperti misalnya pengertian waktu, ruang, ukuran, fungsi, lingkungan dan sebagainya.
·        PENGARUH ENERGI
Salah satu cara untuk mencapai keseimbangan dengan alam ialah memberikan perhatiaan lebih pada daya energi yg digunakan, kita membutuhkan perhitungan energi dengan memperhatikan, misalnya:
Ø    Energi untuk eksploitasi  bahan bangunan
Ø    Energi untuk persiapan bahan bangunan
Ø    Energi untuk transportasi bahan bangunan
Ø    Energi untuk mendirikan gedung
Ø    Energi untuk memelihara gedung
Ø    Energi untuk perubahan penggunaan gedung
Ø    Energi untuk membongkar gedung tersebut dsb.

·        TEKNOLOGI PROTEKTIF (PERLINDUNGAN)
Menurut Prof.H.R.Hugi pada makalahnya Angepesste Technologie fur Entwicklungslander keseimbangan meliputi :
Ø    Seimbang dengan alam
Ø    Seimbang dengan manusia
Ø     Seimbang dengan lingkkungan

PENGERTIAN WAKTU

·          SEJARAH
Pembangunan dan kebudayaan merupakan bentuk sejarah manusia. Terutama pada masa yang lalu pembangunan rumah kediaman berarti tanda kehidupan, berarti aktivitas oleh masyarakat setempat. Kehidupan ditentukan oleh agama, kebudayaan dan masyarakat setempat.

·        Waktu sekarang

Waktu sekarang merupakan peralihan antara sejarah masa lampau dan masa depan. Cara membangun sudah berubah. Pada masa lalu atap merupakan perlindungan dan tujuan utama rumah kediaman, sedangkan pada masa sekarang sudah jauh berbeda karena penghuni bermukim lebih padat. Kini dibutuhkan keamanan untuk rahasia pribadi, sehingga dinding-dinding dibangun. Kini orang membutuhkan kesenangan hidup dengan fasilitas aliran listrik, membutuhkan air sehat, lingkungan sehat dengan drainase dan sebagainya. Penghuni tidak dapat membangun rumahnya lagi, karena didahului oleh teknologi dan pengkhususan tukang dan ahli.

PENGERTIAN RUANG

·      Alam
Manusia dan kebudayaannya serta peradaban yang dihasilkan terletak pada alam disekitarnya dengan hukum alamnya. Dari keseimbangan dengan lingkungan sosial-kebudayaan tertentu, kemudian dibuat faktor-faktor lingkungan, serta pembangunan rumah, pondok dan sebagainya. Kualitas perumahan akan meningkat dengan keselarasannya dengan alam sekitar, ketentuan ini akan menjadi dasar ekologi manusia.
·      Manusia
Pengertian ruang sejauh berhubungan dengan manusia merupakan sesuatu yang sangat sulit dijabarkan, sama sulitnya dengan pengertian ruang dalam kaitannya dengan masyarakat.
·     Masyarakat
Selamanya manusia bekerja dan melakukan sesuatu yang berimbang dengan kemanusiaan dan alam. Kesulitan selalu terdapat pada manusia dan citra dirinya, yakni hubungannya sebagai individu dengan masyarakat, kebudayaan dengan agama. Sebagai keterangan, misalnya kita dapat mengerti bahwa kelaparan yang terdapat diseluruh dunia dapat diubah dengan makanan. Asal ada makanan, maka kelaparan tidak akan ada. Di bidang perumahan, pembangunan dan pemukiman, cara penyelesaian di atas tidak akan berjalan, justru karena perbedaan pengertian pengertian yang begitu beragam di daerah atau negara masing-masing.
·     Bangunan

PENGERTIAN UKURAN
·     Perbandingan arsitektur alam dan teknik
Arsitektur masa depan harus lebih efisien dengan menggunakan energi yang jauhlebih sedikit. Arsitektur seharusnya lebih biologik dan memperhatikan lingkungan.
·     Peradaban (sivilisasi) dan kebudayaan

PENGERTIAN FUNGSI
Fungsi menentukan arti. Perlindungan terhadap kehidupan manusia ialah tujuan pembangunan. Fungsi melindungi tidak boleh dicampur dengan fungsionalisme sebagai gaya arsitektur. Pengertian fungsi tentunya jauh lebih luas. Pada alam, semuanya bersifat fungsional, semua mempunyai fungsi, dan jikalau arsitektur biologis dapat diterapkan sebagai semacam arsitektur alam maka semuanya juga berfungsi.
·      Situasai dan analisa site
Analisa site sebagai dasar perencanaan tidak mencukupi lagi untuk perencanaan kulit manusia ketiga jika hanya arsitek saja yang menentukan letak site tersebut. Ia membutuhkan bantuan ahli-ahli lain sehingga penilaian atas site bersifat menyeluruh.
·      Ruang dan iklim
Bangunan dan konstruksinya dibutuhkan manusia antara lain untuk menghdapi pengaruh iklim. Faktor penting untuk membangun perlindungan terhadap cuaca dan iklim tersebut ialah penyinaran, suhu, kelembaban udara, ventilasi dan sebagainya.
·     Energi dan bahan bangunan
·      Cara membangun dan konstruksi bangunan
Ø     Bagian bangunan utama
Ø     Bagian bangunan yang bersifat pelengkap



PENGERTIAN LINGKUNGAN
·      Lingkungan alam
Sifat, cara pemilihan dan pengelolaan atas tanah serta bangunan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, ikut menjadi faktor penentu dalam pembangunan pemukiman maaupun kelangsungan kehidupan manusia sehari-hari.
·        Lingkungan sekitar (Lingkungan buatan)
Tuntutan tersebut harus dijawab dengan menggalakkan penggunaan bahan bangunan setempat seperti kayu, bambu, batu kali, tanah liat, tras, pasir, rumbia dan mengurangi penggunaan bahan bangunan seperti semen, asbes semen, plastik, baja, kaca, aluminium dan sebagainya yang penyediannya sangat memboroskan energi dan sumber alam. Arsitektur biologik bukan lagi seni semacam seni patung saja, melainkan terutama mendasar pada penggunaan bahan-bahan bangunan biologik.
·        Lingkungan sosial dan ekonomi
·        Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan lagi
Ø  Kayu
Ø  Bambu
Ø  Rumbia, alang-alang dan ijuk
·        Bahan bangunan alam yang dapat digunakan lagi
Ø  Tanah, tanah liat dan lempung
Ø  Batu alam
·     Bahan bangunan alam yang dapat disediakan oleh industrial
Ø  Batu buatan yang dibakar (batu merah)
Ø  Genting flam dan genting pres
Ø  Batu buatan yang tidak dibakar (batako)
PERENCANAAN ARSITEKTUR BIOLOGIS

·     Tujuan pembangunan biologis
Penyelidikan arsitektur dan pembangunan mempunyai tujuan yang berbeda satu sama lain. Dalam penyelidikan itu biasanya bagian teknik dan ekonomi lebih diutamakan, sekalipun teknik tersebut belum pasti menjadi teknik yang terbaik. Pada umumnya dalam hal-hal dasar dan standar, terutama dibidang bahan, bangunan biologik masih mengalami cacat. Sebenarnya, pada semua penyelidikan seharusnya diperhatikan juga soal psikologi dan ekologi secara indisipliner.
·      Bentuk bangunan dan bahan bangunan
Bahan bangunan dan konstruksi bangunan adalah dua unsur pembentuk bangunan. Akan tetapi bentuk bangunanpun ditentukan oleh fungsinya, menurut kebutuhan dasar penghuninya dan cara membangunnya, yaitu cara membatasi ruang tersebut secara konstruktif dengan lantai, dinding, susunan atap dan sebagainya.
·      Sistem perencanaan
Perencanaan arsitektur biologik dengan bahan bangunan biologik merupakan suatu lintas ilmu yang melibatkan antara lain insinyur, ahli bangunan dan pemberi tugas (bouwheer). Kerja sama yang baik antara mereka yang terlibat akan memungkinkan optimalisasi dalam perencanaan.
·       Arsitektur tradisional

Istilah arsitektur tradisional dapat diartikan sebagai suatu arsitektur yang diciptakan/dilakukan dengan cara yang senantiasa sama sejak beberapa generasi. Dengan demikian, arsitektur tradisional memperlihatkan hubungan manusia dengan sejarahnya dalam bidang bangunan dan permukiman